Selasa, 31 Desember 2019

Memudarnya Kesenian Wayang Sebagai Ekspresi Budaya Bangsa [Ilmu Budaya Dasar]

Dizaman sekarang ini, kesadaran individu akan kewajiban untuk melestarikan budaya perlahan mulai memudar. Zaman yang semua bisa terpenuhi oleh dukungan teknologi yang canggih membuat kebudayaan yang sudah lama ada semakin tidak dipergunakan lagi. Saya Ridha Salsabila Fajari dari kelas 1PA15 Universitas Gunadarma, disini akan membahas mengenai apa kebudayaan secara garis besar, apa saja contoh kebudayaan yang mulai memudar, dan saya mengkaitkan hubungan psikologi yang erat kaitannya dengan kebudayaan yang menurut saya harus dilestarikan.



A. Kebudayaan 


1.    Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan ialah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.



2.    Unsur-Unsur Kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

    1.    Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik. 
   2.  Bronislaw Malinowski mengatakan 4 unsur pokok kebudayaan meliputi: sistem norma sosial, organisasi ekonomi, alat-alat dan lembaga atau petugas untuk pendidikan, dan organisasi kekuatan (politik).
   3. C.Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu: sistem pengetahuan, sistem teknologi, dan peralatan, sistem mata pencarian hidup, sistem religi (kepercayaan), sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan, bahasa, dan kesenian. 

     3.    Wujud dan Komponen

        a.    Wujud
  • Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak. 
  • Menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
b.    Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu: kebudayaan material, kebudayaan nonmaterial, lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa. 

4.   Hubungan Antara Unsur-Unsur Kebudayaan

a.  Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan, dan perlengkapan. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:  alat-alat produksi, senjata, wadah,  alat-alat menyalakan api, makanan, pakaian,  tempat berlindung dan perumahan,  alat transportasi.

b.  Sistem mata pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya: berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, dan menangkap ikan. 

c.  Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

d.  Bahasa
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum, dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi,dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

e.  Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

f.  Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai, dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagat raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagat raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta. Agama, dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. 


5.     Hubungan Antara Manusia dengan Kebudayaan

Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat terkait satu sama lain. Dimana manusia memegang peranan yang unik dan dapat di pandang dari banyak segi. Sedangkan kebudayaan lebih dekat kepada karya seni adat istiadat yang tumbuh dari suatu kumpulan masyarakat. 
Hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat yang dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain, seperti masyarakat yaitu orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan begitu pun sebalik nya. Tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat.

 - Kesimpulan:
Berdasarkan pengertian dari kebudayaan itu sendiri dan hubungan antara unsur-unsur kebudayaan, salah satu komponen pendukung nya ialah Kesenian. Terdapat banyak museum kesenian di Indonesia yang memfasilitasi masyarakatnya untuk mengenal serta melestarikan aneka ragam budaya, saya memilih Museum Wayang yang berlokasi di Jakarta Barat untuk saya observasi. Saya mengambil salah satu contoh dari kesenian budaya yang berasal dari Pulau Jawa, yaitu Wayang Golek yang akan saya bahas lebih rinci dibagian selanjutnya.

       Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.
     

Bagian Gereja Tua yang merupakan makam Jan Pieterszoon Coen 
Sumber: kunjungan ke Museum Wayang, Jakarta Barat 

    C. Sejarah Wayang Golek 

Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari keberadaan wayang kulit, sejalan dengan itu berkenaan penyebaran wayang di Jawa Barat adalah pada masa pemerintahan Raden Patah dari kerajaan Demak, kemudian disebarluaskan para Wali Sanga. Termasuk Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1568 memegang kendali pemerintahan di kasultanan Cirebon. Beliau memanfaatkan pagelaran wayang kulit sebagai media dakwah untuk memperluas penyebaran agama Islam.
Pertunjukan seni wayang golek mulai mendapatkan bentuknya yang seperti sekarang sekitar abad ke-19. Saat itu kesenian wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang dipagelarkan di desa atau kota karesidenan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu.
Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.


Wayang Golek Kumbakarna 
Wayang Golek Kumbakarna merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang yang terbuat dari bahan kayu yang merupakan hasil perkembangan wayang kulit dari keterbatasan waktu supaya dapat ditampilkan pada siang atau malam hari. Pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kudus di daerah Kudus (dikenal Wayang Menak), Cirebon (dikenal Wayang cepak) lalu Parahyangan. Wayang golek sangat populer di wilayah Jawa Barat, daerah penyebarannya terbentang luas dari Cirebon hingga Banten.

Wayang Golek Kumbakarna


D. Memudarnya Kebudayaan Wayang di Zaman Milenial

Seni pertunjukan wayang memang memiliki sejuta makna di dalamnya. Makna bagi para pencetusnya, makna bagi para dalangnya, makna bagi penontonnya, sedangkan bagi bangsa ini sendiri, seni pertunjukan wayang menjadi salah satu ciri khas kebudayaan yang memiliki nilai-nilai seni sangat tinggi.
Wayang golek adalah seni budaya kebanggaan masyarakat pasundan warisan dari leluhur kita yang perlu dijaga kelestarianya apa bila tidak, menutup kemungkinan 10 atau 15 tahun kedepan bisa terancam punah. Wayang golek bisa terancam punah apa bila tidak kerap untuk dipertontonkan karena tidak mustahil dikalangan pemuda pemudi sudah tidak mengenali nya lagi.
Kemudian, saingan seni budaya di zaman sekarang serba canggih alias modern, dikalangan kaum pemuda pemudi, lebih menyukai seni yang lebih modern ketimbang wayang golek. Akan tetapi bisa saja seni wayang tetap eksis dikalangan masyarakat baik tua atau muda apabila pagelaran wayang di sesuaikan dengan keadaan zaman peran tersebut sudah, artinya bahwa dalang harus pandai memerankan dengan penyesuaian kultur kehidupan manusia di zaman nya.
Kesenian wayang sangat menjunjung tinggi ciri khas bangsa Indonesia, namun perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat memudarnya kesenian ini pada zaman milenial seperti sekarang. Bila metode yang disajikan atau penampilan yang dipertontonkan bisa mengikuti perkembangan zaman, maka kesenian ini bisa tetap eksis dan tidak memudar.
 Jika kita lihat dari sisi penerapan kehidupan sehari-hari, wayang memiliki banyak ciri khas yang unik untuk tetap dilestarikan. Upaya yang dilakukan agar wayang tidak punah bisa dilakukan dengan cara:
     1.    Mengenalkan wayang kulit melalui kegiatan intra maupun ekstrakurikuler. Melalui jalur pendidikan intrakurikuler atau formal, pemerintah daerah memasukan materi cerita wayang dalam kurikulum muatan lokal (Mulok) pembelajaran bahasa Jawa, melalui kegiatan ekstra kurikuler memperkenalkan bagian-bagian pagelaran wayang kulit.
     2.    Menyelenggarakan pagelaran wayang kulit di wilayah kabupaten, kota, kecamatan maupun wilayah kelurahan yang pembiayaannya disubsidi oleh pemerintah daerah.
     3.    Membuat media atau buku cerita tentang pewayangan sehingga generasi muda dapat mengenal dan memahami tentang wayang.
     4.    Melakukan upaya memperkenalkan pagelaran wayang kulit melalui media elektronik, melalui radio, TV, dan internet.

Karena cerita wayang merupakan cerita gambaran kehidupan manusia yaitu manusia bernegara, berbangsa, beragama, bersosial, berbudaya, berideologi, berpolitik, beradat istiadat,dan sebagai nya. Maka dari itu seni budaya wayang bisa disebut multifungsi yang mempunyai (filosopi yang sangat tinggi) atau bisa juga disebut corong pemerintah, corong masyarakat, serta wadah untuk menyampaikan saran dan kritik.

E. Hubungan Antara Budaya Wayang dengan Psikologi

Kebudayaan pada masyarakat sejatinya adalah sebuah perwujudan dari manusia sebagai masyarakat pendukung sehingga kebudayaan dapat selalu berkembang sejalan dengan pola pikir dan kebutuhan manusia yang tidak dapat lepas dari unsur psikologis dan kepribadian tiap individu dari dalam masyarakat itu sendiri.
Triandis menekankan bahwa psikologi sosial dan cabang psikologi lainnya akan lebih berkualitas jika disejajarkan dengan lintas budaya. Hubungan budaya dengan perilaku sosial menurut Triandis (1994):

ekologi – budaya – sosialisasi – kepribadian – perilaku

Sedangkan Berry, Dase, Segall dan Poortinga (1999) mempercayai bahwa perilaku dan psikologis dibentuk melalui budaya yang berbeda. Lingkungan fisik, geografis, iklim, flora dan fauna beserta kondisi lingkungan sosial politik, adaptasi biologis dan kulturan adalah dasar terbentuknya perilaku psikologis. Fenomena budaya yang dibentuk manusia akan membentuk fenomena budaya yang kemudian mempengaruhi aktivitas budaya, nilai-nilai, artefak dan psikologi.
Wayang yang sudah ada pada zaman dahulu dibuat dengan ide, gagasan, dan mempunyai tujuan. Kesenian wayang berhubungan erat dengan manusia. Wayang dimainkan oleh seorang dalang. Dalang menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang yang diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan oleh sekelompok niyaga dan diiringi tembang yang dinyayikan oleh sinden. Wayang dimainkan oleh dalang dibalik layar yang terbuat dari kain putih dan disorot lampu listrik atau lampu minyak yang disebut blencong.
Untuk dapat memahami cerita wayang, penonton harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu tentang tokoh-tokoh wayang. Selain itu masyarakat juga harus punya kemampuan khusus untuk memahami bahasa dalang ketika memainkan lakon wayang tersebut.

F. Opini

Dengan demikian, kesenian wayang sangat berhubungan erat dengan manusia. Budaya dengan psikologi juga berjalan saling berhubungan. Menurut saya, budaya sangat memberikan identitas sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Budaya juga mempersatukan semua warga sehingga mewujudkan keindahan, ketentraman dalam lingkungan.
Sebagai generasi penerus bangsa yang berpengaruh pada kemajuan Indonesia, jangan sampai terpengaruh budaya Barat yang membawa pengaruh buruk untuk kemajuan bangsa Indonesia. Apalagi wayang telah diresmikan sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia, sebagai generasi penerus bangsa di zaman milenial ini harus tetap melestarikan kebudayaan wayang.

Daftar Pustaka:


  

Nama  : Ridha Salsabila Fajari 
Kelas : 1PA15
NPM   : 15519524