Dizaman sekarang ini,
kesadaran individu akan kewajiban untuk melestarikan budaya perlahan mulai
memudar. Zaman yang semua bisa terpenuhi oleh dukungan teknologi yang canggih
membuat kebudayaan yang sudah lama ada semakin tidak dipergunakan lagi. Saya Ridha Salsabila Fajari dari kelas 1PA15 Universitas
Gunadarma, disini akan membahas mengenai apa kebudayaan secara garis besar, apa
saja contoh kebudayaan yang mulai memudar, dan saya mengkaitkan hubungan
psikologi yang erat kaitannya dengan kebudayaan yang menurut saya harus
dilestarikan.
1. Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan
ialah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2. Unsur-Unsur
Kebudayaan
Ada
beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1.
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu: alat-alat teknologi, sistem
ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik.
2. Bronislaw Malinowski mengatakan 4 unsur pokok kebudayaan
meliputi: sistem norma sosial, organisasi ekonomi, alat-alat dan
lembaga atau petugas untuk pendidikan, dan organisasi kekuatan (politik).
3. C.Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara
universal (universal categories of culture) yaitu: sistem
pengetahuan, sistem teknologi, dan peralatan, sistem mata pencarian
hidup, sistem religi (kepercayaan), sistem kekerabatan, dan
organisasi kemasyarakatan, bahasa, dan kesenian.
3. Wujud
dan Komponen
a.
Wujud
- Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan
dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
- Menurut Koentjaraningrat, wujud
kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan
kebudayaan fisik.
b.
Komponen
Berdasarkan
wujudnya tersebut, kebudayaan memiliki beberapa elemen atau komponen,
menurut ahli antropologi Cateora,
yaitu: kebudayaan material, kebudayaan nonmaterial, lembaga sosial, sistem
kepercayaan, estetika, dan bahasa.
4. Hubungan Antara Unsur-Unsur
Kebudayaan
a. Peralatan dan
perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan, dan perlengkapan. Masyarakat
kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari
pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional
(disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: alat-alat produksi, senjata, wadah, alat-alat
menyalakan api, makanan, pakaian, tempat berlindung dan
perumahan, alat transportasi.
b. Sistem mata
pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem
mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional
saja, di antaranya: berburu dan meramu,
beternak, bercocok tanam di ladang, dan menangkap ikan.
c. Sistem kekerabatan
dan organisasi sosial
Dalam kajian
sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang
jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga
ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat
umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga
inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga
unilateral.
d. Bahasa
Bahasa memiliki
beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum, dan fungsi khusus.
Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk
berekspresi, berkomunikasi,dan alat untuk
mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi
bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan
sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah
kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Kesenian
Kesenian mengacu
pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi
hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati
dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita
rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang
sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
f. Sistem Kepercayaan
Ada kalanya
pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai,
dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul
keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagat raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai
salah satu bagian jagat raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual
maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam
semesta. Agama, dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan
kebudayaan.
5. Hubungan
Antara Manusia dengan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat
terkait satu sama lain. Dimana manusia memegang peranan yang unik dan dapat di
pandang dari banyak segi. Sedangkan kebudayaan lebih dekat kepada karya seni
adat istiadat yang tumbuh dari suatu kumpulan masyarakat.
Hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang
setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat yang dinyatakan sebagai
dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain, seperti masyarakat yaitu
orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan tidak ada masyarakat yang
tidak memiliki kebudayaan dan begitu pun sebalik nya. Tidak ada kebudayaan
tanpa masyarakat.
-➤ Kesimpulan:
Berdasarkan pengertian dari kebudayaan itu sendiri dan
hubungan antara unsur-unsur kebudayaan, salah satu komponen pendukung nya ialah
Kesenian. Terdapat banyak museum kesenian di Indonesia yang memfasilitasi masyarakatnya
untuk mengenal serta melestarikan aneka ragam budaya, saya memilih Museum
Wayang yang berlokasi di Jakarta Barat untuk saya observasi. Saya mengambil salah
satu contoh dari kesenian budaya yang berasal dari Pulau Jawa, yaitu Wayang
Golek yang akan saya bahas lebih rinci dibagian selanjutnya.
B. Sejarah Museum Wayang
Gedung yang tampak unik dan
menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini
bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama
Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki
dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru
Belanda) hingga tahun 1808 akibat
hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan
inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum
pada 13 Agustus 1975. Meskipun
telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam
bangunan ini.
Bagian Gereja Tua yang merupakan makam Jan Pieterszoon
Coen
Sumber: kunjungan ke Museum
Wayang, Jakarta Barat
C. Sejarah Wayang Golek
Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari
keberadaan wayang kulit, sejalan dengan itu berkenaan penyebaran wayang di Jawa
Barat adalah pada masa pemerintahan Raden Patah dari kerajaan Demak, kemudian
disebarluaskan para Wali Sanga. Termasuk Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1568
memegang kendali pemerintahan di kasultanan Cirebon. Beliau memanfaatkan
pagelaran wayang kulit sebagai media dakwah untuk memperluas penyebaran agama
Islam.
Pertunjukan seni wayang golek mulai mendapatkan bentuknya
yang seperti sekarang sekitar abad ke-19. Saat itu kesenian wayang golek
merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang dipagelarkan di desa atau kota
karesidenan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan,
pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam
perhelatan tertentu.
Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi
oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga
mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika
zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun
1960-an.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan
rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat
kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan,
baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain
adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.
Wayang Golek
Kumbakarna
Wayang Golek Kumbakarna merupakan salah satu dari ragam
kesenian wayang yang terbuat dari bahan kayu yang merupakan hasil
perkembangan wayang kulit dari keterbatasan waktu supaya dapat
ditampilkan pada siang atau malam hari. Pertama kali diperkenalkan
oleh Sunan Kudus di daerah Kudus (dikenal Wayang Menak), Cirebon
(dikenal Wayang cepak) lalu Parahyangan. Wayang golek sangat populer
di wilayah Jawa Barat, daerah penyebarannya terbentang luas
dari Cirebon hingga Banten.
Wayang Golek Kumbakarna
D. Memudarnya Kebudayaan Wayang di Zaman Milenial
Seni pertunjukan wayang memang memiliki sejuta makna di
dalamnya. Makna bagi para pencetusnya, makna bagi para dalangnya, makna bagi
penontonnya, sedangkan bagi bangsa ini sendiri, seni pertunjukan wayang menjadi
salah satu ciri khas kebudayaan yang memiliki nilai-nilai seni sangat tinggi.
Wayang
golek adalah seni budaya kebanggaan masyarakat pasundan warisan dari leluhur
kita yang perlu dijaga kelestarianya apa bila tidak, menutup kemungkinan 10
atau 15 tahun kedepan bisa terancam punah. Wayang golek bisa terancam
punah apa bila tidak kerap untuk dipertontonkan karena tidak mustahil
dikalangan pemuda pemudi sudah tidak mengenali nya lagi.
Kemudian,
saingan seni budaya di zaman sekarang serba canggih alias modern, dikalangan
kaum pemuda pemudi, lebih menyukai seni yang lebih modern ketimbang wayang
golek. Akan tetapi bisa saja seni wayang tetap eksis dikalangan masyarakat baik
tua atau muda apabila pagelaran wayang di sesuaikan dengan keadaan zaman peran
tersebut sudah, artinya bahwa dalang harus pandai memerankan dengan
penyesuaian kultur kehidupan manusia di zaman nya.
Kesenian
wayang sangat menjunjung tinggi ciri khas bangsa Indonesia, namun perkembangan
teknologi yang semakin canggih membuat memudarnya kesenian ini pada zaman milenial
seperti sekarang. Bila metode yang disajikan atau penampilan yang
dipertontonkan bisa mengikuti perkembangan zaman, maka kesenian ini bisa tetap
eksis dan tidak memudar.
Jika kita
lihat dari sisi penerapan kehidupan sehari-hari, wayang memiliki banyak ciri
khas yang unik untuk tetap dilestarikan. Upaya yang dilakukan agar wayang tidak
punah bisa dilakukan dengan cara:
1.
Mengenalkan wayang kulit melalui kegiatan intra maupun
ekstrakurikuler. Melalui jalur pendidikan intrakurikuler atau formal,
pemerintah daerah memasukan materi cerita wayang dalam kurikulum muatan lokal
(Mulok) pembelajaran bahasa Jawa, melalui kegiatan ekstra kurikuler
memperkenalkan bagian-bagian pagelaran wayang kulit.
2.
Menyelenggarakan pagelaran wayang kulit di wilayah kabupaten,
kota, kecamatan maupun wilayah kelurahan yang pembiayaannya disubsidi oleh
pemerintah daerah.
3.
Membuat media atau buku cerita tentang pewayangan sehingga
generasi muda dapat mengenal dan memahami tentang wayang.
4.
Melakukan upaya memperkenalkan pagelaran wayang kulit melalui
media elektronik, melalui radio, TV, dan internet.
Karena
cerita wayang merupakan cerita gambaran kehidupan manusia yaitu manusia
bernegara, berbangsa, beragama, bersosial, berbudaya, berideologi, berpolitik,
beradat istiadat,dan sebagai nya. Maka dari itu seni budaya wayang bisa disebut
multifungsi yang mempunyai (filosopi yang sangat tinggi) atau bisa juga disebut
corong pemerintah, corong masyarakat, serta wadah untuk menyampaikan saran dan
kritik.
E. Hubungan
Antara Budaya Wayang dengan Psikologi
Kebudayaan
pada masyarakat sejatinya adalah sebuah perwujudan dari manusia sebagai
masyarakat pendukung sehingga kebudayaan dapat selalu berkembang sejalan dengan
pola pikir dan kebutuhan manusia yang tidak dapat lepas dari unsur psikologis
dan kepribadian tiap individu dari dalam masyarakat itu sendiri.
Triandis menekankan bahwa psikologi sosial
dan cabang psikologi lainnya akan lebih berkualitas jika disejajarkan dengan
lintas budaya. Hubungan budaya dengan perilaku sosial menurut Triandis (1994):
ekologi – budaya – sosialisasi –
kepribadian – perilaku
Sedangkan Berry, Dase, Segall dan
Poortinga (1999) mempercayai bahwa
perilaku dan psikologis dibentuk melalui budaya yang berbeda. Lingkungan fisik,
geografis, iklim, flora dan fauna beserta kondisi lingkungan sosial politik,
adaptasi biologis dan kulturan adalah dasar terbentuknya perilaku psikologis. Fenomena
budaya yang dibentuk manusia akan membentuk fenomena budaya yang kemudian
mempengaruhi aktivitas budaya, nilai-nilai, artefak dan psikologi.
Wayang yang sudah ada pada zaman dahulu dibuat dengan ide,
gagasan, dan mempunyai tujuan. Kesenian wayang berhubungan erat dengan manusia.
Wayang dimainkan oleh seorang dalang. Dalang menjadi narator dialog
tokoh-tokoh wayang yang diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan oleh
sekelompok niyaga dan diiringi tembang yang dinyayikan oleh sinden. Wayang
dimainkan oleh dalang dibalik layar yang terbuat dari kain putih dan disorot
lampu listrik atau lampu minyak yang disebut blencong.
Untuk
dapat memahami cerita wayang, penonton harus memiliki pengetahuan terlebih
dahulu tentang tokoh-tokoh wayang. Selain itu masyarakat juga harus punya
kemampuan khusus untuk memahami bahasa dalang ketika memainkan lakon wayang
tersebut.
F. Opini
Dengan
demikian, kesenian wayang sangat berhubungan
erat dengan manusia. Budaya dengan psikologi juga berjalan saling berhubungan. Menurut
saya, budaya sangat memberikan identitas sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Budaya
juga mempersatukan semua warga sehingga mewujudkan keindahan, ketentraman dalam
lingkungan.
Sebagai generasi penerus bangsa yang berpengaruh pada
kemajuan Indonesia, jangan sampai terpengaruh budaya Barat yang membawa pengaruh
buruk untuk kemajuan bangsa Indonesia. Apalagi wayang telah diresmikan sebagai
salah satu warisan budaya bangsa Indonesia, sebagai generasi penerus bangsa di
zaman milenial ini harus tetap melestarikan kebudayaan wayang.
Daftar Pustaka:
Nama : Ridha Salsabila Fajari
Kelas : 1PA15
NPM : 15519524